Hahaha…aku memulai tulisan ini dengan tawa ringan, tawa khas seseorang yang sesaat sadar akan suatu hal,begitu  orang pada umumnya,bukan? Aku bagian dari mereka yang percaya bahwa hal sekecil apapun yang terjadi dalam hidup,dapat kita jadikan sumber belajar dalam bentuk self development (mengembangkan diri). Apapun itu, selama kita mau menggalinya,kita akan menemukan barang temuan yang sangat berguna, dalam hal ini adalah kesadaran.

                Berbicara tentang kesadaran, tak luput dari turunanya yaitu cinta,karena saat seseorang mulai sadar akan suatu hal,maka ia akan mulai bisa  menghadirkan cinta di dalamnya, entah cinta pada diri sendiri, cinta pada orang lain, bahkan cinta pada hal yang sedang ia jalani saat ini, yang artinya sebuah kesadaran membuahkan cinta.

                Oh iya ,sebelumnya aku dan temanku sebut saja Alan, adalah salah dua  dari banyaknya sosok yang terlibat dalam membersamai anak – anak istimewa titipan Tuhan. Mmungkin kalian tidak asing dengan istilah ABK/IBK sebagai penamaan untuk anak-anak yang memiliki kemampuan berbeda dengan anak-anak seusianya. Ya,kami bagian dari mereka yang dengan mata terbuka dan kesadaran yang penuh, bersama membentuk puzzle-puzle yang belum tersusun, yang berharap lewat sentuhan tanganNya bisa melukis senyum  terbaik,

Sudah hal lumrah bagi kami mendapat pertanyaan ‘’harus sabar ya?’’, ’’wah ngajar anaknya emang kuat?’’dan pertanyaan pertanyaan lain yang serupa,bahkan tidak jarang saat mengajak mereka untuk berjalan jalan di luar, sekedar untuk menghirup udara segaR. Juga bukan hal baru bagi kami menjadi pusat perhatian, dengan beberapa tingkah anak -anak kami yang terlihat sedikit berbeda pada umumnya. Kalau ditanyakan, apa kami malu? Apa kami takut di rendahkan? Apa kami melemah saat di tertawakan?

Jawabannya, tidak!

Justru hal itu membuat kami semakin yakin pada jalan yang sedang kami tapaki ini, dan tidak ada yang salah dengan keputusan kami. Kami senang melakukan kegiatan ini, merangkul anak-anak istimewa titipan Tuhan adalah anugrah yang istimewa pula. Setiap orang berhak memilih jalannya masing - masing tentu dengan konsekuensi yang menunggunya di depan.

Anak - anak hebat yang hampir setiap hari kami temui adalah sumber belajar bagi kami. Proses pembelajaran terjadi mulai dari bagaimana cara kita belajar mengolah rasa dalam bentuk empati sehingga hal itu bisa menjadi modalitas kita untuk bermasyarakat. Empati disini adalah keterampilan kita untuk memahami bagaimana seseorang ingin di perlakukan, atau dalam hal lain seperti kita dapat mengasah sisi kreativitas yang masih terasa tumpul. Perlu disadari, mendidik anak-anak istimewa ini perlu kreativitas yang tinggi. Selain kesabaran, dibutuhkan kreatifitas, Begitulah  seseorang pernah berkata. Satu lagi, Anak-anak istimewa ini memliki peran yang cukup besar untuk membuka mata kita selebar-lebarnya,dan salah satu bagian terbaik bagi mereka adalah ketika mereka menemukan sosok yang mau merangkulnya dengan sentuhan cinta.

Kita tak pernah tahu sampai mana batas perjalanan kita,dan pada akhirnya bukan hanya banyaknya  pesan yang akan membekas, melainkan satu kesan yang tidak pernah luput. Untuk ada dan  terpatri dalam jiwa seseorang, mari kita sama- sama mencari lahan kosong yang jauh berada tak kasat mata di dalam jiwa kita untuk di tanami  benih kebaikan, yang pada akhirnya kita berharap benih itu tumbuh dan menghasilkan kebaikan kebaikan lain.

Ini tulisan menggambarkan bagaimana seorang pendidik perlu memahami arti cinta, karena dunia akan terlihat indah dengan sentuhan sentuhan cinta sekecil apapun kadarnya.

               



< Kembali