Kategori
Penulis
-
David Maulana (1)
Muhammad Rizky Ramadhan (1)
Syifa Diani dan Nur Haya Ummi Tunisa (1)
Reina Anggraini (1)
A3 (4)
nuraini (4)
Rosa Meilina (1)
Postingan Terbaru
-
Benih Yang Mulai Bertumbuh
Pengalamanku Bersama Mereka
Catering dan Sahabat Istimewa
Cinta Di Mesin Cuci
Saatnya Berubah
Arsip
Saatnya Berubah
“Saatnya berubah!” Teriak Power Ranger. Duh, jadul amat! Tapi perlukah perubahan itu buat kita? Banyak kita mengagumi orang lain dan ingin seperti dia. Ga semua impian meniru kesuksessan orang lain berakhir sukses. Biasanya kita banting setir tanpa disadari untuk menuju jalan kita sendiri. Karena meniru orang lain itu, ga salah sih… tapi sulit.
Nah kata buku ini, perubahan itu bahan bakunya Hasrat, Keyakinan dan Harapan. Kalau kita punya hasrat berarti punya semangat. Kok gitu? Ya, karena hasrat itu menunjukkan arah ke kita, njenengan mau jadi seperti apa hebatnya, caranya dilalui dengan semangat mencapainya. Jadi jangan pusing kalau ada temen energik banget. Semangat banget siy tu orang? Laa wong dia punya hasrat akan sesuatu, pastilaa semangat. Trus keyakinan.. yakin ga, Bisa? Atau yakin, ga Bisa? Beda tuh maknanya. Kok aku ga kaya dia ya? Yaa karena aku banyak gagal ya? Asal tau aja, dalam setiap hal negatif konon selalu ada hal positif. Jadi kalau yakin tiap kalah pasti bakal menang, jalan terus aja (ini bagus buat para jombloers)…
Trus harapan.. jangan pernah ngremehin kekuatan pengharapan ya… pamali. Contoh nih temenmu yang standar2 aja naksir cewe di atas standar.. jangan di bully, man! Soalnya begitu harapannya kuat plus hasratnya tinggi, itu sudah sepaket sama keyakinannya yang ga realistis buatmu. Dan bisa jadi deh… dia sukses!
Lantas perubahan terjadi. Kenapa sih orang harus berubah? Banyak hal penyebabnya. Bisa karena dia ingin PeDe, bisa karena ingin buktikan rasa takut bahwa dia itu berani, bisa karena dia marah trus nyumpah2.. Awass yaa gwe buktiin sama lo lo pade..! Dan berubahlah dia. Terus gimana cara berubah? Ya kata sang buku, catet aja dirimu sekarang kayak apa, n then yang diinginkan apa. Kemudian belajar berani. Berani jadi diri sendiri. Aku begini tak perduli kau begitu.. Berani nyampein kebenaran. Jujur ajak bok! Kamu ga suka aku jujur ya gapapa, kita tetep temenan kan? Berani mencintai. Jadi mencintai seseorang itu bukan berarti membiarkan diri diperlakukan buruk. Itu namanya takut… hehe muter dehh! Konon kabar, mencintai itu jauh lebih penting daripada dicintai. Karena ga pake syarat, ga kreditan. Jadi kalau njenengan bilang cinta sama si X, ya mencintai aja… ga usah pamrih. Kalau dia ga ngerasa2 ya beraniin aja bilang ke dia. Kamu tau ga aku peratiin kamu? Kalau dia jawab: Tau… tanya lagi: Kamu tau ga itu artinya apa? Kalau dia bingung, kasih tau baek2 yaa… Itu namanya cinta, dodol.
Dah. Mau dia paham atau engga biarin dia mikir. Mudah2an ga kelamaan mikirnya.
Demikianlah perubahan itu terjadi dari proses macem-macem. Dan tiap orang prosesnya beda-beda. Jangan lupa dalam berproses kita kudu mikirin diri sendiri. Me Time. Ngenalin emosi. BeTaBe (Berani Tampil Beda). Kreatipp. Yang semuanya memiliki tujuan hakiki. Berubah itu, kembali pada siapa diri kita. Berhenti merisaukan orang lain. Tidak meminta orang lain bertanggung jawab atas diri kita. Kan kita ada karena penciptaan Nya yang sempurna kaaan?
Salam baybay…
“Saatnya berubah!” Teriak Power Ranger. Duh, jadul amat! Tapi perlukah perubahan itu buat kita? Banyak kita mengagumi orang lain dan ingin seperti dia. Ga semua impian meniru kesuksessan orang lain berakhir sukses. Biasanya kita banting setir tanpa disadari untuk menuju jalan kita sendiri. Karena meniru orang lain itu, ga salah sih… tapi sulit.
Nah kata buku ini, perubahan itu bahan bakunya Hasrat, Keyakinan dan Harapan. Kalau kita punya hasrat berarti punya semangat. Kok gitu? Ya, karena hasrat itu menunjukkan arah ke kita, njenengan mau jadi seperti apa hebatnya, caranya dilalui dengan semangat mencapainya. Jadi jangan pusing kalau ada temen energik banget. Semangat banget siy tu orang? Laa wong dia punya hasrat akan sesuatu, pastilaa semangat. Trus keyakinan.. yakin ga, Bisa? Atau yakin, ga Bisa? Beda tuh maknanya. Kok aku ga kaya dia ya? Yaa karena aku banyak gagal ya? Asal tau aja, dalam setiap hal negatif konon selalu ada hal positif. Jadi kalau yakin tiap kalah pasti bakal menang, jalan terus aja (ini bagus buat para jombloers)…
Trus harapan.. jangan pernah ngremehin kekuatan pengharapan ya… pamali. Contoh nih temenmu yang standar2 aja naksir cewe di atas standar.. jangan di bully, man! Soalnya begitu harapannya kuat plus hasratnya tinggi, itu sudah sepaket sama keyakinannya yang ga realistis buatmu. Dan bisa jadi deh… dia sukses!
Lantas perubahan terjadi. Kenapa sih orang harus berubah? Banyak hal penyebabnya. Bisa karena dia ingin PeDe, bisa karena ingin buktikan rasa takut bahwa dia itu berani, bisa karena dia marah trus nyumpah2.. Awass yaa gwe buktiin sama lo lo pade..! Dan berubahlah dia. Terus gimana cara berubah? Ya kata sang buku, catet aja dirimu sekarang kayak apa, n then yang diinginkan apa. Kemudian belajar berani. Berani jadi diri sendiri. Aku begini tak perduli kau begitu.. Berani nyampein kebenaran. Jujur ajak bok! Kamu ga suka aku jujur ya gapapa, kita tetep temenan kan? Berani mencintai. Jadi mencintai seseorang itu bukan berarti membiarkan diri diperlakukan buruk. Itu namanya takut… hehe muter dehh! Konon kabar, mencintai itu jauh lebih penting daripada dicintai. Karena ga pake syarat, ga kreditan. Jadi kalau njenengan bilang cinta sama si X, ya mencintai aja… ga usah pamrih. Kalau dia ga ngerasa2 ya beraniin aja bilang ke dia. Kamu tau ga aku peratiin kamu? Kalau dia jawab: Tau… tanya lagi: Kamu tau ga itu artinya apa? Kalau dia bingung, kasih tau baek2 yaa… Itu namanya cinta, dodol.
Dah. Mau dia paham atau engga biarin dia mikir. Mudah2an ga kelamaan mikirnya.
Demikianlah perubahan itu terjadi dari proses macem-macem. Dan tiap orang prosesnya beda-beda. Jangan lupa dalam berproses kita kudu mikirin diri sendiri. Me Time. Ngenalin emosi. BeTaBe (Berani Tampil Beda). Kreatipp. Yang semuanya memiliki tujuan hakiki. Berubah itu, kembali pada siapa diri kita. Berhenti merisaukan orang lain. Tidak meminta orang lain bertanggung jawab atas diri kita. Kan kita ada karena penciptaan Nya yang sempurna kaaan?
Salam baybay…
Mengembangkan Emosi Positif
Setiap manusia, paling tidak merasa, punya tujuan hidup. Namun sedikit yang mengetahui, bahwa pencapaian tujuan hidup kita itu dibantu sama Emosi kita. Lho kok? Iya lo, karena Emosi dan Tindakan berjalan beriringan karena berasal dari kata yang sama yaitu “bergerak”.
Manusia itu bukan mesin, sodarah sodarah… kerumitan psikologisnya tidak selalu bisa ditanggulangi dengan memberinya jalan keluar fisiologis. Jadi kalau ada teman, saudara, atau siapa saja sedang ber emosi ria, maka… berikan saja tempat untuknya meluapkan. Mengacu pada mas Tulus yang menyanyikan lagu Manusia Kuat, sesungguhnya kekuatan manusia itu ada pada daya kendali yang baik atas diri mereka. Nah hal ini diaminkan Dr. Victor E. Frankl, guru besar psikiatri University of Vienna, yang pernah hidup di kamp penyiksaan Nazi dan bisa selamat itu. Lantas… apa yang menyebabkan timbulnya emosi? Menurut kelompok Behaviouris di buku ini, mereka percaya penyebab emosi itu faktor eksternal yang tidak berkaitan langsung dengan tubuh bagian dalam. Trus gimana? Ya kita belajar kontrol diri, kata sang buku. Konon nih, kedewasaan dan kebahagiaan kita tergantung pada seberapa baik kita mempelajari cinta dan cara mengendalikan emosi yang merusak. Ehemm cinta…. nggeh, cinta itu reaksi positif terhadap kenyataan. Cinta itu mempercepat kedewasaan perasaan … jarene.
Tapi jangan salah ya. Menebar cinta itu bukan tebar pesona lo…? tapi yang positif kayak persaudaraan, kepedulian, gitu. Soo… jangan cepet emosi karena masalah2 kecil yaa.. Pikirin aja. Sedikit2 marah itu nyapekin ga? Cemberut ntu manis ga? Dan jangan juga mengidap sindrom martir. Dikit2 ngeluh.. Yang paling berbahaya kalau kita berlindung di balik emosi dengan berkhayal, memuja diri sendiri atau menolak kenyataan melalui petualangan.
But, baiklah.. kita toh manusia, bukan mesin. Perlu juga sih emosi. Kalau gelisah, marah, sedih, pelajari emosinya. Trus belajar mengolahnya. Kalau ingin mencari kepuasan emosi maka pikirin aja sesuatu yang berlawanan dengan perasaan itu. Sehingga kita bisa jadi semangat, dan siap menghadapi kehidupan. Hanya mereka yang menghormati dan menerima diri sendirilah yang dapat menghormati orang lain, hangat, dan berkomunikasi dengan ramah.
Demikian dialog wa hari ini..
Salam baybay…?
Setiap manusia, paling tidak merasa, punya tujuan hidup. Namun sedikit yang mengetahui, bahwa pencapaian tujuan hidup kita itu dibantu sama Emosi kita. Lho kok? Iya lo, karena Emosi dan Tindakan berjalan beriringan karena berasal dari kata yang sama yaitu “bergerak”.
Manusia itu bukan mesin, sodarah sodarah… kerumitan psikologisnya tidak selalu bisa ditanggulangi dengan memberinya jalan keluar fisiologis. Jadi kalau ada teman, saudara, atau siapa saja sedang ber emosi ria, maka… berikan saja tempat untuknya meluapkan. Mengacu pada mas Tulus yang menyanyikan lagu Manusia Kuat, sesungguhnya kekuatan manusia itu ada pada daya kendali yang baik atas diri mereka. Nah hal ini diaminkan Dr. Victor E. Frankl, guru besar psikiatri University of Vienna, yang pernah hidup di kamp penyiksaan Nazi dan bisa selamat itu. Lantas… apa yang menyebabkan timbulnya emosi? Menurut kelompok Behaviouris di buku ini, mereka percaya penyebab emosi itu faktor eksternal yang tidak berkaitan langsung dengan tubuh bagian dalam. Trus gimana? Ya kita belajar kontrol diri, kata sang buku. Konon nih, kedewasaan dan kebahagiaan kita tergantung pada seberapa baik kita mempelajari cinta dan cara mengendalikan emosi yang merusak. Ehemm cinta…. nggeh, cinta itu reaksi positif terhadap kenyataan. Cinta itu mempercepat kedewasaan perasaan … jarene.
Tapi jangan salah ya. Menebar cinta itu bukan tebar pesona lo…? tapi yang positif kayak persaudaraan, kepedulian, gitu. Soo… jangan cepet emosi karena masalah2 kecil yaa.. Pikirin aja. Sedikit2 marah itu nyapekin ga? Cemberut ntu manis ga? Dan jangan juga mengidap sindrom martir. Dikit2 ngeluh.. Yang paling berbahaya kalau kita berlindung di balik emosi dengan berkhayal, memuja diri sendiri atau menolak kenyataan melalui petualangan.
But, baiklah.. kita toh manusia, bukan mesin. Perlu juga sih emosi. Kalau gelisah, marah, sedih, pelajari emosinya. Trus belajar mengolahnya. Kalau ingin mencari kepuasan emosi maka pikirin aja sesuatu yang berlawanan dengan perasaan itu. Sehingga kita bisa jadi semangat, dan siap menghadapi kehidupan. Hanya mereka yang menghormati dan menerima diri sendirilah yang dapat menghormati orang lain, hangat, dan berkomunikasi dengan ramah.
Demikian dialog wa hari ini..
Salam baybay…?
Mengubah Hidup Dengan Bersikap Lepas
Apabila perilaku orang lama2 menjadi “gangguan” tersendiri bagi pikiran kita, maka menurut sang buku, kita kudu memikirkan kerugian macam apa yang dirasa dari gangguan tsb? Gangguan bisa jadi menyakitkan sehingga kita bisa bersikap melepas gangguan tsb. Caranya? Yaitu berlatih melepas gangguan dan menjalani hidup tanpa gangguan. Mikir ajalah…Dampak hidup tanpa gangguan apa yang dapat disyukuri? Cari sumber kebahagiaan lain, seperti: bisakah kita habiskan waktu untuk diri sendiri?
Lihatlah kebebasan apa yang diperoleh saat mencoba berani melepas gangguan itu.
Gangguan dilepas itu ya ga mikirin dia lagi.. tapi mikirin kita ajah???. Demikian dialog wa hari ini. Salam baybay..
Apabila perilaku orang lama2 menjadi “gangguan” tersendiri bagi pikiran kita, maka menurut sang buku, kita kudu memikirkan kerugian macam apa yang dirasa dari gangguan tsb? Gangguan bisa jadi menyakitkan sehingga kita bisa bersikap melepas gangguan tsb. Caranya? Yaitu berlatih melepas gangguan dan menjalani hidup tanpa gangguan. Mikir ajalah…Dampak hidup tanpa gangguan apa yang dapat disyukuri? Cari sumber kebahagiaan lain, seperti: bisakah kita habiskan waktu untuk diri sendiri?
Lihatlah kebebasan apa yang diperoleh saat mencoba berani melepas gangguan itu.
Gangguan dilepas itu ya ga mikirin dia lagi.. tapi mikirin kita ajah???. Demikian dialog wa hari ini. Salam baybay..
Permata Tuhan
Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, tentunya sangat kaya dengan pengalaman membesarkan si buah hati yang berbeda dengan orang tua lainnya. Mulai dari repotnya kunjungan ke klinik terapi, ke dokter, mencari sekolah-sekolah khusus yang menerima anak mereka dengan berbagai persyaratan, mencarikan guru pendamping, mempelajari cara memasak menu glutein free, mengajarkan keterampilan, dan bagi yang masih sempat, hinggap dari satu seminar parenting ke seminar parenting lainnya untuk memperkaya wawasan mengenai tumbuh kenang anak istimewa mereka.
Tanpa disadari, Tuhan menganugerahi mereka permata yang perlu diasah sehingga menjadi berlian. Dalam proses mengasah sang anak, orang tua dianugerahi banyak pembelajaran yang membentuk diri mereka sendiri untuk menjadi lebih sabar dan kuat.
Itulah yang kami rasakan sebagai orang tua dari Harits yang lahir tahun 1999. Dua tahun setelah kembali ke Indonesia dari menemani orang tuanya belajar di USA, Harits yang berperilaku bubbling, gemar loncat-loncat di trampolin dan hobi mengepakkan tangan, dideteksi autis. Proses mendampingi anak istimewa merupakan jalan panjang tak berujung. Tapi di setiap langkah selalu ada harapan, tentu saja.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia mencapai angka 1,6 juta anak. Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memberikan akses pendidikan kepada mereka adalah dengan membangun unit sekolah baru, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB), dan mendorong tumbuhnya Sekolah Inklusi di daerah-daerah. Namun, sekolah yang khusus mengajar dan mendidik ABK dengan menggunakan istilah “homeschooling” dimulai tahun 2009 oleh HSSN Piramida. Homeschooling Special Needs Piramida.
Sekolah ini berawal dari seorang siswa, hanya Harits. Saat pendirian sekolah, pendampingan belajar Harits dilaksanakan oleh Bapak Eka Kurnia Muttaqien. Guru pendamping pertama Harits sendiri adalah Ibu Rika Mulyati sejak tahun 2002. Pak Eka hadir dan menjadi pembuka jalan bagi cita-cita mereka yang ingin anak istimewa mereka mampu belajar dengan kenyamanan, dan kemampuan. Tanpa harus dipaksa mengikuti satuan kurikulum reguler yang belum tentu mudah dipahami.
Apa itu ABK?
Menjelajahi Wikipedia, definisi ABK adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille (tulisan timbul) dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat (bahasa tubuh).
Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, tentunya sangat kaya dengan pengalaman membesarkan si buah hati yang berbeda dengan orang tua lainnya. Mulai dari repotnya kunjungan ke klinik terapi, ke dokter, mencari sekolah-sekolah khusus yang menerima anak mereka dengan berbagai persyaratan, mencarikan guru pendamping, mempelajari cara memasak menu glutein free, mengajarkan keterampilan, dan bagi yang masih sempat, hinggap dari satu seminar parenting ke seminar parenting lainnya untuk memperkaya wawasan mengenai tumbuh kenang anak istimewa mereka.
Tanpa disadari, Tuhan menganugerahi mereka permata yang perlu diasah sehingga menjadi berlian. Dalam proses mengasah sang anak, orang tua dianugerahi banyak pembelajaran yang membentuk diri mereka sendiri untuk menjadi lebih sabar dan kuat.
Itulah yang kami rasakan sebagai orang tua dari Harits yang lahir tahun 1999. Dua tahun setelah kembali ke Indonesia dari menemani orang tuanya belajar di USA, Harits yang berperilaku bubbling, gemar loncat-loncat di trampolin dan hobi mengepakkan tangan, dideteksi autis. Proses mendampingi anak istimewa merupakan jalan panjang tak berujung. Tapi di setiap langkah selalu ada harapan, tentu saja.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia mencapai angka 1,6 juta anak. Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memberikan akses pendidikan kepada mereka adalah dengan membangun unit sekolah baru, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB), dan mendorong tumbuhnya Sekolah Inklusi di daerah-daerah. Namun, sekolah yang khusus mengajar dan mendidik ABK dengan menggunakan istilah “homeschooling” dimulai tahun 2009 oleh HSSN Piramida. Homeschooling Special Needs Piramida.
Sekolah ini berawal dari seorang siswa, hanya Harits. Saat pendirian sekolah, pendampingan belajar Harits dilaksanakan oleh Bapak Eka Kurnia Muttaqien. Guru pendamping pertama Harits sendiri adalah Ibu Rika Mulyati sejak tahun 2002. Pak Eka hadir dan menjadi pembuka jalan bagi cita-cita mereka yang ingin anak istimewa mereka mampu belajar dengan kenyamanan, dan kemampuan. Tanpa harus dipaksa mengikuti satuan kurikulum reguler yang belum tentu mudah dipahami.
Apa itu ABK?
Menjelajahi Wikipedia, definisi ABK adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille (tulisan timbul) dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat (bahasa tubuh).